Jumat, 25 Desember 2015
Jumat, 18 Desember 2015
Senin, 14 Desember 2015
MENJADI SEORANG IBU
Apa kata Alkitab menjadi seorang ibu?
Menjadi seorang ibu merupakan peranan penting yang Allah percayakan kepada banyak perempuan.
Titus 2:4-5 menyatakan, "dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang." Para ibu diminta untuk mencintai anak-anak mereka.
- Terlibat dalam hidup anak-anaknya - beriteraksi, berdiskusi, memikirkan dan memproses kehidupan bersama-sama suaminya. (Efesus 6:1-4)
- Mengajar - kebenaran Alkitab, pandangan dunia yang Alkitabiah. (Mazmur 78:5-6; Ulangan 4:10; Efesus 6:4)
- Mendidik - menolong anak mengembangkan ketrampilan dan menemukan kekuatanya. (Amsal 22:6)
- Mendisiplinkan - mengajari anak-anaknya takut akan Tuhan, menentukan batas secara konsisten, penuh kasih dan ketegasan. (Efesus 6:4; Ibrani 12:5-11; Amsal 13:24, 19:18, 22:15, 23:13-14, 29:15-17)
- Membesarkan - menyediakan lingkungan dimana anak bisa merasakan adanya dukungan secara lisan yang konstan, ruang untuk diperbolehkan gagal, adanya penerimaan, kemesraan, kasih yang tanpa syarat. (Titus 2:4; 2 Timotius 1:7; Efesus 4:29-32, 5:1-2; Galatia 5:22; 1 Petrus 3:8-9)
- Memberi teladan dengan integritas - hidup sesuai dengan apa yang diajarkan, menjadi teladan yang dapat dijadikan contoh oleh anak dengan "menangkap" esensi dari kehidupan yang saleh. (Ulangan 4:9, 15, 23; Amsal 10:9, 11:3; Mazmur 37:18, 37)
Alkitab tidak pernah memerintahkan setiap perempuan untuk menjadi seorang ibu. Namun demikian, Alkitab mengatakan bahwa mereka yang diberkati Allah untuk menjadi seorang ibu harus menerima tanggung jawab itu dengan serius.
Sabtu, 12 Desember 2015
CARA BURUNG MERPATI BERJALAN
Pernahkah anda bertanya-tanya mengapa cara berjalan burung merpati tampak lucu? Karena dengan cara berjalan seperti itu, ia menjadi tahu arah yang dituju. Merpati tidak dapat memusatkan penglihatannya sambil berjalan. Oleh sebab itu, setiap kali melangkah ia perlu memundurkan pandangannya. Gerakannya jadi tampak canggung, kepala maju ke depan,berhenti, mundur ke belakang, berhenti.
Dalam perjalanan rohani bersama Tuhan Yesus, kita kadang memiliki masalah yang sama seperti merpati itu. Terkadang kita merasa sulit untuk melihat sambil berjalan. Kita perlu berhenti sejenak sebelum melangkah lagi, dan memusatkan perhatian kembali pada Firman Tuhan dan kehendak Allah. Bukan berarti kita harus berdoa dan merenungkan setiap keputusan kecil dalam hidup kita. Namun, perjalanan kita bersama Tuhan Yesus perlu dibangun dalam suatu pola pemberhentian sejenak yang memungkinkan kita untuk melihat dengan lebih jelas sebelum melangkah maju.
Kebiasaan Daniel berdoa tiga kali sehari merupakan bagian penting dari perjalanannya bersama Allah (Daniel 6:11). Daniel tahu ada suatu pemusatan perhatian kembali secara rohani yang tak dapat dilakukan tanpa berhenti dahulu. Pemberhentian sejenak ini memberinya bentuk perjalanan yang berbeda, yang sangat jelas terlihat oleh orang-orang di sekelilingnya.
Bagaimana dengan kita? Dengan risiko dianggap berbeda dengan orang lain, seperti hatinya Daniel, marilah kita memetik pelajaran berharga dari burung merpati: "terlihat menarik" tidaklah sepenting "melihat dengan baik".
PELAYANAN DALAM KRISTUS MEMBUTUHKAN WAKTU SEJENAK UNTUK PEMBARUAN
Jumat, 11 Desember 2015
WASPADA DAN BERJAGALAH
Ayat Bacaan : Markus 8:14-21
Beberapa hasil survey :
* Secureway IT, Inggris : "Dari 1000 responden : 66% memiliki rasa takut kehilangan atau terpisah dari ponsel mereka, lebih dari 41% memiliki lebih dari 1 smartphone".
* Chicago Tribune, AS : "Lebih dari 40% responden menyatakan lebih baik tidak gosok gigi selama seminggu daripada pergi tanpa smartphone".
* Cisco, Australia : "75% responden menggunakan HP di kamar mandi dan 9 dari 10 orang berusia di bawah 30 tahun mengalami Nomophobia".
Apakah Nomophobia ?
Nomophobia (no-mobile-phone phobia) adalah istilah baru yang berarti ketakutan akan dipisahkannya pengguna dari gadget kesayangannya. Di luar negeri sudah banyak penelitian tentang monophobia ini. Bagaimana kita menghubungkannya dengan kondisi di sini?
Peribahasa Jawa "Mangan Ora Mangan Kumpul" ada sisi positifnya yaitu relasi dan kebersamaan yang dapat dibangun. Tetapi seiring dengan perubahan jaman, kumpul atau tidak kumpul menjadi tidak terlalu penting, sebab kenyataannya orang merasa yang penting perut kenyang.
Kondisi ini seolah menjadi semakin parah lagi manakala urusan perut pun sudah mulai dianggap kurang penting, karena keberadaan dan penggunaan gadget (misal, HP) menjadi lebih utama dari segalanya. Seolah waktu 1 detik tanpa HP mengakibatkan hidup terasa sepi bagaikan ditinggal pacar. Seolah peribahasa baru berbunyi "Ora Kumpul Ora Mangan Sing Penting Nyekel HP". Apabila seseorang sudah mulai merasa demikian, maka orang tersebut sudah mengalami apa yang disebut Nomophobia.
Bacaan Injil Markus 8:14-21 mengisahkan bahwa jaman duku Yesus berbicara kepada para murid supaya waspada terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes. Ini bermakna waspada terhadap legalisme orang Farisi dan sifat keduniawian Herodes. Penerapan bagi kita dimasa kini adalah bahwa kita harus waspada juga terhadap ragi globalisasi.
Marilah kita memutuskan untuk mengambil sikap bahwa jangan sampai teknologi yang ada itu menjadi "ragi" yang daya rusaknya meliputi :
- Menjauhkan kita dari Tuhan (hadir ibadah tetapi asyik bermain HP).
- Menjauhkan kita dari relasi / interaksi dengan sesama (tampaknya kumpul secara fisik tetapi sibuk chatting medsos sendiri-sendiri).
- Mencelakakan orang lain (berkendara sambil aktif menggunakan HP).
Langganan:
Postingan (Atom)