selamat datang di blog GPdI Klaten | Ibadah Paskah - Jumat, 29-3-2024 jam 07:00 (1 sesi) | Ibadah Kebangkitan - Minggu, 31-3-2024 jam 07:00 (1 sesi) | Ibadah Raya 1 - Minggu jam 07:00 | Ibadah Raya 2 - Minggu jam 18:00 | Ibadah Sekolah Minggu jam 7:30 | Ibadah Penyembahan & Doa Puasa - Kamis jam 18:00

Jumat, 12 Desember 2014

KEHABISAN BAHAN DOA

Ayat Bacaan : Filipi 4:6-9


Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
(Filipi 4:6)

Doa adalah napas hidup orang kristiani.” Saya setuju dengan pernyataan ini, tetapi sekaligus merasa bersalah karenanya. Bernapas mengacu pada aktivitas yang terus-menerus  dan tanpanya kita mati. Lantas bagaimana kehidupan doa saya? Jangankan terus-menerus, tak jarang ada hari-hari yang saya lewatkan tanpa berdoa. Saya jenuh dan merasa “kehabisan bahan”. Tampaknya, ada yang salah dengan kehidupan doa saya. Atau, mungkin ada yang salah dengan konsep doa saya.


Surat Paulus kepada jemaat di Filipi menawarkan jawaban. Dalam pasal 4, Paulus memaparkan “persediaan sumber daya” Kristus yang memadai bagi pelayanan kita. Kristus menyediakan damai sejahtera sebagai penangkis kecenderungan kita untuk khawatir (ayat 6-7). Ketika membacanya, kata “segala hal” berkata-kata dengan kuat kepada saya. Segala keinginan bahkan kekhawatiran tidak lain adalah bahan doa. Dalam keadaan apa pun, kita dapat menyatakannya kepada Tuhan, tanpa harus berlari ke kamar doa dulu. Bagaimana dengan keinginan yang egois? Ketika menyatakannya kepada Tuhan, kita merendahkan diri dan mempersilakan Dia memperbaiki dan mengarahkannya. Bagaimana dengan kekhawatiran?

Ketika kita menyerahkannya, Dia akan mengambilnya dan memberi kita damai sejahtera sebagai gantinya (ayat 7). Wah, kalau seperti ini, saya tak bakal kehabisan bahan doa : tiap hari saya punya segudang ke inginan dan kekhawatiran!

Anda mungkin, mirip dengan saya, bergumul dalam kehidupan doa. Ungkapkan segala keinginan dan kekhawatiran Anda sebagai doa kepada Tuhan. Anda pun tak akan kehabisan bahan doa.

Kamis, 11 Desember 2014

BERKELUH KESAH

Ayat Bacaan : Ayub 7:1-21


Oleh sebab itu aku pun tidak akan menahan mulutku,  aku akan berbicara dalam kesesakan jiwaku, mengeluh dalam kepedihan hatiku.
(Ayub 7:11)


Setiap kali Pendeta selesai berkhotbah, ada yang selalu menambahkan hal yang dianggapnya kurang atau tidak tepat. Mula-mula dia bisa menerima. Namun, setelah 2 tahun dikritik terus, ia pun marah. “Apa maksudmu selalu mengkritik khotbahku?” tanya si Pendeta. Dia kaget. Ia berkata, “Maaf, Pak Pendeta, saya tak bermaksud apa-apa. Saya orang Yahudi. Kami biasa memperdebatkan Alkitab. Setiap kali saya berharap Bapak menyanggah kritikan saya, supaya terjadi dialog yang menarik. Dari situ kita bisa makin akrab!”

Sejak dulu, orang Yahudi biasa berdialog terbuka kepada Tuhan maupun sesama. Saat berdoa, mereka berani membahas segala topik, termasuk yang tidak menyenangkan: kekecewaan, keluh-kesah bahkan kemarahan. Ini tampak dari syair-syair Mazmur, Ratapan, juga dari doa Ayub. Ia mengeluh karena hari-hari hidupnya terasa hampa dan sia-sia (ayat 1-7). Ia ingin segera mati (ayat 8-10). Ia menuduh Tuhan memberinya mimpi buruk waktu tidur (ayat 12-15). Ia kecewa Tuhan membuatnya menderita, padahal ia hidup baik-baik (ayat 20-21). Tidak semua perkataan Ayub benar. Belakangan Tuhan menegur kata-katanya yang “tidak berpengetahuan” (Ayub 38:2). Namun, keluh kesahnya didengar! Dengan jujur mencurahkan isi hati, Ayub dapat menghadapi kekecewaan dengan cara sehat. Ia tidak membenci Tuhan atau melukai diri sendiri.

Apakah anda kecewa terhadap Tuhan, gereja, atau sesama? Daripada bersungut-sungut di depan orang, lebih baik curahkan isi hati anda kepada-Nya. Bapa di surga tahu kegundahan hati anda. Dia akan menghibur sekaligus menegur cara pandang anda yang keliru. Damai pun akan kembali hadir di hati.

Selasa, 09 Desember 2014

BERAWAL DARI DOA

Ayat Bacaan : Matius 14:23, Lukas 6:12

Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.
(Matius 14:23)

Pada waktu itu pergilah Yesus ke bukit untuk berdoa dan semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah.(Lukas 6:12)


Alkitab banyak sekali mencatat peristiwa-peristiwa ajaib yang berawal dari doa. Kesembuhan secara mujizat terjadi ketika Abraham berdoa bagi Abimelekh. "Lalu Abraham berdoa kepada Allah, dan Allah menyembuhkan Abimelekh dan isterinya dan budak-budaknya perempuan, sehingga mereka melahirkan anak." (Kejadian 20:17). Tulah datang dan berhenti ketika Musa menaikkan doa kepada Allah. "Sesudah itu keluarlah Musa meninggalkan Firaun, lalu berdoa kepada TUHAN." (Keluaran 8:30). Seorang anak dilahirkan dari rahim perempuan yang mandul, saat dia berdoa dan ketika dewasa anaknya menjadi seorang nabi besar Israel. "...dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu." (1 Samuel 1:10). Daniel dan kawan-kawannya bisa tetap berdiri dalam dapur api saat mereka tetap berdoa. Juga di masa modern inipun, sejarah mencatat berbagai kebangunan rohani besar-besaran terjadi diawali dari doa. Doa adalah sebuah awal terjadinya sesuatu yang besar.

Sayangnya, generasi sekarang ini justru cenderung menyepelekan arti penting dan kuasa doa. Kita enggak menyadari betapa dahsyatnya kuasa doa sehingga kita menyia-nyiakan kesempatan untuk berdoa. Maka enggak heran di gereja-gereja, para pendoa syafaat biasanya adalah orang-orang tua dan ibu-ibu rumah tangga yang udah lanjut usia. Anak muda enggak tertarik dengan doa, karena kesannya seperti kegiatan yang membosankan dan kurang tantangan. Kita juga malas berdoa berlama-lama secara pribadi karena kita ngerasa diri sebagai anak muda yang energik dan produktif. Kita mengira berdoa adalah sebuah kegiatan yang kurang produktif.

Betapa kelirunya pendapat kita selama ini. Doa adalah awal sebuah mujizat. Doa adalah kegiatan yang sangat produktif karena melalui doa kita mengijinkan Roh Allah yang maha kuasa bekerja secara luar biasa dalam hidup kita. Lihatlah betapa banyaknya kesempatan yang telah terbuang selama ini karena kita malas berdoa. Bayangkan betapa banyaknya mujizat yang sebenarnya bisa terjadi, seandainya kita melibatkan Allah dalam kegiatan kita sehari-hari. Tuhan Yesus sudah memberikan teladan kepada kita akan arti penting doa. Tuhan Yesus aja berdoa setiap hari secara rutin. Sesibuk apapun diri-Nya, Ia tetap memprioritaskan doa setiap hari. Itu sebabnya setiap hari merupakan hari penuh mujizat bagi Yesus. Akankah kita juga rindu merasakan hal seperti itu setiap hari? Awali harimu dengan doa supaya hari-harimu penuh dengan mujizat. Berdoalah!

Sabtu, 06 Desember 2014

YESUS ADALAH IMANUEL

Ayat Bacaan : Matius 1:18-25

Besok 25 Desember, kita bersama dengan semua saudara kita seiman memperingati peristiwa Kelahiran Tuhan kita Yesus Kristus. Istilah "memperingati" berbeda dengan "mengingat". Mengingat berarti kita melayangkan kenangan kita ke sesuatu yang terjadi di masa lalu. Sedangkan memperingati berarti kita menghadirkan peristiwa masa lalu pada masa kini. Demikian halnya dengan memperingati Kelahiran Yesus Kristus. Merayakan NATAL bukan sekedar mengenang suatu peristiwa yang pernah terjadi di masa lalu, melainkan kita menghadirkan arti NATAL bagi kehidupan kita di masa kini. Yang menjadi pertanyaan bagi kita adalah : "apa arti kelahiran Yesus Kristus bagi kita?"

Yesus yang lahir adalah IMANUEL yang berarti ALLAH beserta Kita. Imanuel adalah sebuah nama yang mengandung makna yang dalam sekaligus menjelaskan makna kelahiran Yesus Kristus. Setidaknya ada 3 (tiga) makna yang terkandung dalam nama itu :

Rabu, 03 Desember 2014

BERSIAP UNTUK MENJELANG HARI NATAL

"Bertobatlah, sebab Kerajaab Sorga sudah dekat!"
(Matius 3:2)

Tidak terasa kita sudah kembali memasuki bulan terakhir di tahun 2014. Ini adalah bulan yang sangat bermakna bagi umat Kristiani karena di bulan inilah kita merayakan kelahiran Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat yang telah membebaskan kita dari belenggu kutuk dan dosa sehingga dilayakkan untuk masuk ke tahta Allah, bertemu dengan-Nya dan mendapatkan janji keselamatan. Bulan Desember biasanya dirayakan banyak orang dengan persiapan-persiapan pesta menjelang Natal. Sebentar lagi kita akan sibuk mempersiapkan kado, membeli dan membungkus, mendirikan pohon natal, bersiap-siap untuk berlibur bersama keluarga, atau melihat-lihat katalog diskon yang akan sangat ramai menjelang perayaan Natal.

Ada sesuatu yang lebih penting untuk kita persiapkan menjelang perayaan kelahiran Yesus. Yohanes Pembaptis adalah nabi yang ditugaskan untuk mempersiapkan jalan untuk kedatangan Tuhan turun ke bumi untuk melakukan pelayanan dan misi penyelamatan. Yohanes berseru:"Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" (Matius 3:2). Dan Matius mencatat bahwa "Sesungguhnya dialah yang dimaksudkan nabi Yesaya ketika ia berkata: "Ada suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya."(ayat 3). Apa yang dikatakan Matius adalah mengingatkan kembali tentang nubuat nabi Yesaya sekian ratus tahun sebelumnya. "Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!" (Yesaya 40:4). Nubuat ini kemudian kembali diulang oleh Maleakhi."Lihat, Aku menyuruh utusan-Ku, supaya ia mempersiapkan jalan di hadapan-Ku! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke bait-Nya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman TUHAN semesta alam." (Maleakhi 3:1).
Gold Cross